“Eat well, travel often.”
Empat kata yang sarat makna. Saya sih mengartikannya seperti ini. Untuk hidup berkecukupan, banyak-banyaklah makan makanan yang baik, dan seringlah melakukan perjalanan. simple, but meaningful. Jadi, seberapa banyak kita makan makanan baik hari ini, dan seberapa sering kita jalan-jalan? ^_^
Untuk urusan kedua, travel often, saya begitu bersemangat. Tapi bukan berarti makan nggak bersemangat ya. Kalau makan kan emang harus dijalanin setiap hari, apalagi harus makan makanan bergizi. Nah kalo jalan-jalan, nggak mungkin kan setiap hari? Bagi orang yang kultur keluarganya seperti saya, jalan-jalan memang bukanlah hal nomor satu, tapi setidaknya saya sendiri mengkondisikan diri untuk setidaknya dua minggu sekali jalan-jalan ke daerah yang baru di kota Jambi. Yup, mengeksplor tempat baru, mengenalnya dan membuat saya bangga menjadi orang Jambi. Kelebihan lainnya, jika ada kesempatan ikut kegiatan di luar Jambi, saya selalu menyempatkan jalan-jalan paling lama 1-2 hari di kota tersebut. Makanya ketika sudah lama tidak jalan-jalan, saya pasti langsung nge-sms kawan-kawan yang hobi jalan-jalan: “Kapan kito jalan-jalan lagi? Nak kemano kito kali nih?”
Nah..pesan tersebut saya sampaikan kepada mas Kelik, pendiri Jambi Punyo Crito (JPC), dan kawan-kawan pegiat komunitas yang mengajak anak muda Jambi untuk mengeksplor lebih banyak tempat bersejarah dan memiliki nilai wisata budaya di kota Jambi sejak Maret 2012 lalu. Namun, setelah 3 kali tur, JPC vakum. Hingga akhirnya mas Kelik pulang kampung dan nggak kerja lagi di Jambi. Sontak saja bikin saya bingung. JPC kalo nggak dihidupin lagi bakal hilang ‘nafsu’ saya jalan-jalan, pikir saya. Kemudian saya diberi kepercayaan untuk meneruskan JPC bareng Lova, Ein, Kak Ruth, dan Mas Pras, plus nambah 2 armada baru, Suci dan Feni. Kami sempat kopdar, menentukan rute tur selanjutnya, kapan dimulai lagi, dan apa saja yang perlu dipersiapkan. Dengan komposisi minus mas Kelik ini, akhirnya kami mengeksplor sungai Batanghari pada 27 Januari 2013, yup satu minggu yang lalu.
Daannn..tur yang keempat kali ini dimulai! Perasaan saya semangat 45 deh 😀 Meski bangun telat, dan sampai di Tanggo Rajo (tempat kami bertemu dengan peserta lainnya) pun jam 8, namun ternyata masih juga harus menunggu kawan-kawan lain yang lebih telat daripada saya #pffttt Plus nungguin perahu Kajang Lako yang mengantarkan kami jalan-jalan, juga molor 1,5 jam! Jambi emang jam karet? Ah bener banget lah. Namun pada akhirnya tim JPC dan peserta tur sudah stand by jam 9, dan sekitar 30 menit kemudian kami naik kapal tersebut. Tur ke-4 ini diikuti oleh saya, Lova, Ein, Suci Utami dengan 1 teman dan 4 sepupunya, Feni dan temannya, Suci Purnamasari, Amel, Tiara, Mbak Iie, Rifki, Rhomy, Ary, Reza, Tito, dan Candra. Pukul 9.30, kami naik kapal Kajang Lako. It was great moment, for the first time I took the trip by using Kajang Lako. Dimana saya pertama kali naik perahu wisata ini lho. Oya nggak lupa sebelum memulai perjalanan, kami berdoa terlebih dahulu :’)
Well, di sepanjang perjalanan menyusuri sungai Batanghari ini, kami diiringi oleh 3 awak perahu yang kami sewa dari bang Ridho, pemuda Seberang Kota Jambi. Tiga orang ini salah satunya adalah adek bang Ridho, Irfan Effendi. Banyak informasi yang kami dapatkan tentang perahu ini. Pun di sisi lain, ada juga informasi mengenai cerita sungai Batanghari yang saya rangkum dalam beberapa tweet di akun @JambiPunyoCrito seperti yang tertera di bawah ini. Semoga bisa membantu teman-teman mengenal sungai Batanghari pada jaman dahulu dan bagaimana tantangannya saat ini. :’)
JambiPunyoCrito @JambiPunyoCrito
1. Info yg mimin dptkan ini dirangkum dr hsil pmbicraan dgn mbk @watiesaja dr staf Dokumentasi & Publikasi,Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
2. Be2rapa info jg mimin dptkn dr paman google yg dpt dipercaya keakuratan infonya. Nah mari disimak info yg bakal mimin share ini ya 😀
3. Dimulai dr info mendasar tntg sungai Batanghari nih tweeps.Sungai Batanghari dgn pnjang ±1.740 km & lebar sungai pd kisaran antra 200-650m.
4. Sungai Batanghari bersumber dr aliran air di Dataran Tinggi Tanah Datar,Danau Kerinci,Danau Di atas,& Pegunungan Bukit Barisan.
5. Di zman klasik,skitar abad 7-14,sungai Batanghari mnjdi tempat peradaban http://manusia.Org berlayar & singgah di sungai Batanghari
6. Dikrnakn byk mnusia yg mlewati sungai Batanghari utk jlur prdagangan,byk skali ditemukn prasasti,barang2 sprti guci & piring,& prdgngn batik
7. Siapa yg melewati sungai Batanghari ini? Sumber slnjutnya brasal dr bang Ahok,pemuda Muaro Jambi yg concern di bid.budaya.Ia mengatakn bhwa:
8. Knon di zman klasik kala itu kta bg Ahok,pra pdagang dr China & Arab lh yg mlewati sungai kito mnuju Selat Berhala,brhari2 mnuju tnah Melayu
9. Pedagang dr luar tsb mmbawa perabot2 rumah tangga & kperluan lainnya sprti damar,gaharu,kemenyan,& mmbwa itu didagangkn dgn sistem barter.
10. Maka dr itu lah,Batanghari pnya peranan penting trhdp sejarah Jambi dgn 1500 km nya berada di hulu Dharmasraya & hilirnya di Zabag Sribusa.
11. Di aliran S.Batanghari ulai dr hilir hingga hulu ditmukn prasasti dr brbgai priode.Prasasti yg angka thunnya tua/awal ditmukn di daerh hilir
12. Di daerah hulu di wilayah Kabupaten Tanah Datar,prasasti yang ditemukan sebagian besar dikeluarkan oleh Ādityawarmman.
13. Oya bermcam2 prasasti yg ditemukn di tepi sungai Batanghari tsb antra lain: Prasasti Solok Sipin,Prasasti di Pamenang Merangin,dan sbgainya.
14. Brangkali ada yg brtanya2 siapa Adityawarman tsb? Dia brperan penting dlm kerajaan Malayu di abad ke 14. Wajar sja klo byk prasasti ya kan!?
15. Nah,jalur prdagangan yg melewati tepian sungai Batanghari ini mnyebabkn byk pedagang yg singgah di Seberang kota Jambi,bngsa Arab & China.
16. Sdgkn penduduk Melayu Jambi sndiri diajak oleh Sultan Thaha utk mnetap di seberang,dikrnakn jaman dahulu pihak Belanda menguasai kota Jambi.
17. Jd ada semacam pengelompokan kolonial.Jika di kota Jambi trdpt kelompok Belanda,hal ini trbukti dr rumah dinas gubernur Jambi yg dulu adlh..
18. ..kresidenan Belanda,kmudian di spnjang kntor Brimob,Unja Pasar,& kampung Melati di blakang rumah dinas gubernur adlh sisa pningglan Belanda
19. Nah Seberang kota Jambi mnjdi tempat yg aman bgi msyrkat Melayu krna Sultan Thaha,mka brbaurlh mreka antra pnduduk melayu Jambi,Arab & China
20. Nggak heran kan kalo di Seberang,kita temukn byk pesantren,rumah batu peninggalan Pangeran Wirokusumo yg prpduan Arab,China,& Melayu? 🙂
21. Posisi S.batanghari diuntungkn krna angin,jd masa itu playaran brgntung kpd angin.Pendeta Buddha,I-Tsing,mlakukn prjlanan mlewati sungai ini
22. Btw,tau gak sih,jman dhulu bhkan ssudah kemerdekaan,rumah masyarakat Jambi bhkan ada yg berada di atas sungai Batanghari lho aka rumah rakit
23. Skrg pun rumah di seberang kota Jambi jg mnghdap ke sungai,knpa? Krna mreka mnghormati sungai sbg sumber penghsilan mreka,brshbat dgn sungai
24. Sdgkn lihat deh rumah2 di kota kebanyakn membelakangi sungai Batanghari kn?
25. Sungai Batanghari saat ini? Akibat aktivitas penambangan & limbah industri,tangan sungai Batnghari mnjdi wisata air agk sdkit brgeser.
26. Hal ini brdmpak trhdp berubahnya alur sungai,erosi di tepian sungai,pndangkalan atau sdimentasi yang tinggi di spnjang aliran DAS Batanghari
27. Akan dibangunnya jembatan di masa HBA yg mnghubungkn Seberang dgn kota Jambi,bgaimna nasib sungai batanghari & org yg mncri pnghsilan dsna?
28. Smoga apapun yg trjdi di kota kita,sungai Batanghari tteplah mnjdi primadona maysrakatnya,tmpt peradaban yg g’ lekang oleh wktu pula 🙂
Apa yang membuat beda tur kali ini? Yup, tentu saja berkeliling menggunakan perahu Kajang Llako! Terbukti dengan banyak komentar dari beberapa peserta tur yang mengatakan bahwa mereka baru pertama kali naik perahu Kajang Lako, apalagi menyusuri sungai dari Tanggo Rajo hingga jembatan Batanghari II. Menariknya, sensasi menyusuri sungai ini juga terlihat dari pemandangan yang kami saksikan dari tengah sungai. Di tepian sungai Batanghari tentu saja memiliki ciri khas rumah panggung dimana rumah ini merupakan rumah adat asli Seberang yang struktur dan filosofinya oke banget (saya akan menuliskan kisah rumah panggung di tulisan selanjutnya), selain itu kami juga melihat rumah terapung yang menjadi kios minyak plus aktivitas warganya yang membuat para cowok ketawa ketiwi hehe.
Ada pula kapal tua, yang menurut Rifki, dulu dipakai saat pemerintahan gubernur Abdurrahman Sayoeti. Rifki bilang, dulu dia pernah naik perahu dua tingkat itu. Kondisinya sekarang? Perahu tua itu hanya teronggok di tepi sungai, sudah lapuk, dan tampak menyeramkan. Ahh sayang sekali nggak direnovasi, pikir saya. Oya di tepian sungai juga ada beberapa pabrik tambang batubara yang beroperasi. Bunker yang membawa hasil batubara ini juga ‘nongkrong’ di tepi sungai. Besar dan panjang banget. Sampai-sampai saya bingung, ini butuh berapa lama ya mengangkut hasil batubara dengan kecepatan bunker yang jalannya nggak cepet ini -___- Kami juga melihat sebuah tempat yang menjadikan kapal-kapal sudah tua diperbaiki dan tampak seperti baru (servis kapal). Wah pokoknya pemandangan tepi sungai kalau dilihat dari tengah sungai itu sendiri menyenangkan lho. Kalian harus coba! 😀
Selain menikmati pemandangan sungai Batanghari, nggak lengkap rasanya kalo nggak bertanya langsung kepada bang Irfan, mengenai kapal Kajang Lako. Dengan berbahasa melayu Jambi, saya menanyakan beberapa hal terkait kapal tersebut, dari mulai pembuatannya hingga aktivitasnya saat ini.
FYI, kapal yang kami sewa sebesar Rp. 300.000 ini dibuat pada tahun 2011. Kala itu kelurahan dimana bang Irfan tinggal mendapatkan bantuan dana PNPM Mandiri Disbudpar Provinsi Jambi. Dana sebesar Rp. 40 juta tersebut dibuat 1 kapal, yakni kapal Kajang Lako ini. Dengan uang tersebut, selama 3 bulan pengerjaan, dengan 3 orang tenaga kerja (ahli pembuat kapal di Seberang Kota Jambi), selesailah pengerjaannya. Sejumlah papan, kayu, mesin, cat, dan perlengkapan lain dieprlukan dalam pengerjaan ini. Hasilnya? Nggak mengecewakan. Menurut saya, bentuk kapal ini unik, ada arsitektur yang justru menjadi daya tarik kapal Seberang Kota Jambi ini. Mau tahu apa?
Tawing. Itulah keunikan perahu Kajang Lako ini. Kata bang Irfan, Tawing ini adalah bahasa orang Seberang. Intinya. Tawing ini biasanya diletakkan di rumat-rumah penduduk yang masih teguh memegang ciri khas rumah adat Muaro Jambi, khususnya di Seberang. Jadi kalo teman-teman bermain ke Seberang atau rumah penduduk di Muaro Jambi, kalian akan melihat arsitektur rumah yang ciri khasnya terletak di bawah atap dan mengelilingi dari bagian depan hingga belakang rumah. Saya sendiri sulit menjelaskannya, tapi ciri khas ini mudah sekali kalian temui kok. Nah Tawing di atas rumah itu dibawa ke perahu Kajang Lako, agar ciri khas orang Seberang terlihat disini, begitu filosofi yang diberi tahu oleh bang Irfan.
Perahu ini, kata bang Irfan, seringkali dipakai untuk menjemput tamu dari Jakarta yang berkunjung ke Seberang, terutama karena ada acara di Sanggar Baik Jambi. Selain itu, hanya sesekali yang menyewa perahu ini utuk berwisata air. “Belum ado keseriusan dari pihak pemerintah nak bikin perahu nih jadi wisato aek, jadi kalo dak dipake, perahu nih kami tepike be di tepi sungai,” ujar bang Irfan. Kata bang Irfan lagi, dibutuhkan 10 liter minyak solar untuk mengantarkan kami menyusuri sungai. Sebelum dijalankan pun perahu ini dipanaskan etrlebih dahulu. Hmm, pantes aja agak lama nunggunya haha.
Tanpa terasa, hampir 2 jam kami berada di perahu, pukul 11 siang mulai beranjak. Matahari sudah di atas ubun-ubun. Saya pun berangsur turun dari kemudi kapal bagian depan saat mewawancarai bang Irfan karena matahari sangat menyengat. Kemudian bergabung dengan teman-teman lainnya, tentunya nggak melewatkan momen foto-foto 😀 Di perjalanan ini, saya juga banyak mengobrol dengan teman-teman mengenai kesukaan mereka jalan-jalan, termasuk komentar mereka terhadap tur JPC ke-4 ini. Salah satu peserta tur, Mbak Iie, menyarankan agar kami memberikan fotocopy tulisan/informasi mengenai tempat yang akan kami kunjungi selanjutnya. Rhomy beda lagi, dikarenakan kami cukup sulit memberikan informasi karena suara mesin perahu lebih kencang dari suara kami, jadi berteriak menurutnya kurang efektif, ia menyarankan kami agar membawa toa 😀 Alhamdulillah komentar baik juga dilontarkan Rifki, “Turnya keren, saya bisa menyegarkan pikiran dari rutinitas yang padat.”
Ketika perahu hampir mendekati Tanggo Rajo, ternyata pengemudi perahu membawa kami ke depan Menara Jam Gedang Gentala Arsy. Menara ini sedang dibangun saat ini di Seberang Kota Jambi. Konon ini akan menjadi simbol kota Jambi. Di bawah menara tersebut (katanya) akan dibangun museum sejarah perkembangan Islam masuk ke Seberang. Pun jembatan yang menghubungkan antara kota Jambi dan Seberang pun akan dibangun di atas sungai Batanghari. Wah, nggak sabar nih menunggu menara ini selesai dibangun!
Well, sesampainya di Tanggo Rajo, kami terpaksa beranjak dari perahu Kajang Lako. Sempat foto-foto dan diskusi tentang tur seharian itu. Plus membayar iuran sebesar Rp. 15.000, yang kemudian dikalikan sebanyak 21
orang, akhirnya kami menyerahkan uang sewa pembayaran perahu. Nggak lupa mengucapkan terima kasih kepada 3 pengemudi awak perahu. Semoga perjalanan kali ini memberikan nafkah yang cukup bagi mereka. Semoga tur ini menyenangkan peserta tur dan mereka mendapatkan informasi yang bisa mereka bagikan kepada teman-temannya. Dan di sisi lain, harapan saya kelak sungai Batanghari bisa lebih diseriusi sebagai wisata air yang potensial. Who knows, right?