Saya punya cita-cita, ada beberapa hal yang harus saya laksanakan sebelum melepas gelar mahasiswa September/Oktober nanti. Cita-cita ini cukup simpel, dan cita-cita ini pun belum pernah saya lakukan sebelumnya. Ia butuh keberanian lebih untuk melakukannya. Ya, cita-cita itu adalah mengikuti perlombaan debat mahasiswa. Seumur-umur jadi mahasiswa, nggak pernah sekalipun saya mengikuti lomba sejenis ini. Karena apa? Karena saya merasa itu bukan passion saya, dan saya tidak memiliki public speaking yang bagus untuk menentang pendapat orang lain atau mempertahankan pendapat saya sendiri dalam berdebat.
Namun begitu, bukan berarti saya alergi dengan debat mendebat. Pada suatu hari, saya melihat informasi di Facebook, bahwa akan ada lomba debat mahasiswa di FKIP, yang mana ia adalah rangkaian kegiatan terakhirnya BEM FKIP bertajuk Grand Show Star FKIP 2012. Meski banyak lomba yang ditawarkan, entah kenapa saya tersentuh untuk mengikuti lomba debat mahasiswa ini, disamping saya juga mengikuti lomba guru inspiratif. Dengan tekad kuat, dengan persiapan minim, dengan tidak memiliki pengalaman berdebat, akhirnya pada suatu malam saya meniatkan hal itu. Sejenak berpikir, siapa lagi dua orang yang akan bergabung dengan saya membentuk tim debat yang solid dan kuat?
Nalar pikiran saya tertuju kepada kak Ruth dan Maya, serta Dimas. Ternyata ajakan saya kepada mereka untuk mengikuti lomba debat berujung pada persetujuan, kecuali Dimas, dia nggak bisa ikut karena banyak kerjaan yang menanti. Pada akhirnya setelah saya meyakinkan kak Ruth dan Maya untuk ikut lomba ini, kami pun bertemu di FKIP. Siang menjelang sore di FKIP itu juga dihadiri Dedi, our debate advisor, kami pun berdiskusi mengenai materi debat dan beberapa hal yang harus dicari fakta dan datanya terkait tema debat (meskipun itu sedikit bergeser ke mosi sebenarnya). Dibantu dengan Dedi, si anak yang sudah malang melintang di dunia perkancahan debat konstitusi hukum, plus semangat kak Ruth yang giat mencari informasi dan pengen balik modal (haha..), lalu semangat anak muda si Maya yang malang melintang ngerjain tugas sambil ngerjain materi debat, akhirnya saya pun percaya diri. Ya, melaksanakan misi yang baru pertama kali saya ikuti sungguh tidak mudah.
Meski kata orang saya sudah senior, sudah sering pergi kemana-mana, sudah sering ikut lomba, namun entah kenapa lomba debat yang tingkat fakultas saya ini ketar-ketirnya minta ampun. Kenapa? Tentu saja karena ada perasaan was-was takut nggak bisa memberikan yang terbaik, dengan di satu sisi saya lumayan lama menjadi mahasiswa. Pun pengalaman mengikuti debat sama sekali nggak ada. Nggak pernah ikut debat bahasa Inggris malah! Wajar bukan kalau saya takut, cemas, dan minder? Orang lain nggak tahu itu, tapi saya mengalaminya. Ketika kak Ruth, Maya, dan Dedi mengetahui hal ini dan saya mengutarakan ke mereka, jawabnya adalah saya harus menghilangkan perasaan itu, harus fokus, dan jangan malu-maluin sebagai senior š Sebenarnya agak nggak nyambung sih, tapi mau nggak mau saya memang harus mengikui kata mereka. Dengan persiapan selama empat hari, tibalah saatnya lomba debat. Eng ing enngggg…
Well, senin kemarin, 25 Juni 2012, akhirnya impian saya mengikuti lomba debat mahasiswa sebelum wisuda terkbaul haha.. Tampang muka deg-degan nggak bisa dihilangkan dari raut muka saya. Sebaliknya kak Ruth dan Maya justru tenang-tenang saja lho. Berkali-kali saya meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja. Kami memiliki persiapan yang cukup matang dan materi tema debat yang terlebih dahulu telah dikuasai. Akhirnya lomba debat hari itu dimulai. Kami sebagai tim affirmative mendapatkan giliran ronde pertama dengan tema Anggaran Pendidikan Sudah Cukup Tinggi, Namun Masih Perlu Dinaikkan. Dan kami merupakan tim pro! Yang artinya terlihat mudah untuk menyampaikan gagasan bahwa dengan segala keterbatasan dan kuran meratanya pendidikan di Indonesia ini, APBN dalam bidang pendidikan harus dinaikkan menjadi lebih dari 20,2% !!! Setelah tim kami dan tim lawan menyampaikan gagasannya (saya menjadi pembicara kedua pada ronde pertama ini), saya pun lega selega-leganya haha.. Misi tuntas, pikir saya. Meski begitu, tim kami harus menunggu pengumuman, apakah maju ke babak final yang akan diselenggarakan hari itu juga atau tidak. Setelah menunggu beberapa jam, panitia pun mengumumkan bahwa tim kami berhasil maju ke babak final lomba debat! Sungguh sebuah syukur yang tak terkira yang saya panjatkan kepada Allah Swt J He gives me more than that I want in my life. Saya hanya ingin merasakan lomba debat ini saja, tidak terlalu berharap menang, namun Ia membuat tim kami maju ke babak final. Thank you so much, Dear God..
Kami menjalani babak final dengan perasaan siap. Kala itu mosi yang diambil adalah Perlunya LSM Pendidikan Dalam Memeratakan Pendidikan di Indonesia. Dan tim kami masih berada pada bagian affirmative (pro). Lagi-lagi saya bersyukur, hehe.. Saya dan teman-teman menyiapkan banyak ide dan gagasan, serta fakta bahwa LSM pendidikan turut andil dalam memeratakan pendidikan di Indonesia, contohnya Indonesia Mengajar, Care Indonesia, Satoe Atap, Indonesian Future Leaders, dan lainnya. Tim lawan yang salah satunya adalah anggota SIJ (Wika), juga nggak kalah bagus. Mereka semakin memperkuat argumennya dengan bukti-bukti bahwa LSM tidak diperlukan dalam memeratakan pendidikan di Indonesia. Debat mahasiswa pun memanas. Hari itu cukup terik, bikin mata pengin menutup sejenak saja. Namun kami harus memberikan yang terbaik, and we did it!
Dedi bilang kalo tim kami bagus banget. Argumen-argumen yang dibangun pas dan mantap. Saya agak sedikit senang mendengarnya. Di sisi lain, saya, kak Ruth dan Maya, bahagia telah menuntaskan lomba debat ini. Kami pun mengkhawatirkan hasil lomba debat ini. Kak Ruth pikir, kalo tim kami nggak menang, maka mukalah taruhannya, haha..karena kami berdua sama-sama senior yang mungkin agak lama kuliahnya š Dan berkompetisi dengan mahasiswa semester bawah tentu harus menumbuhkan wibawa yang baik sebagai mahasiswa yang agak lama menyelesaikan kuliah, haha..ini menurut pendapat kak Ruth lho. Akhirnya lomba yang dijurikan oleh mas Dion, kak Evi, dan juri satunya lagi yang saya lupa namanya itu berakhir. Kami pulang masing-masing keĀ rumah, dan menunggu hasil akhir lomba debat yang bakal diumumkan pada 27 Juni (yakni hari ini). š
Hari ini, 27 Juni, membuat saya bersyukur. Setelah sekian lama nggak ikut kompetisi di kampus, saya mendapatkan anugrah terindah dari Allah Swt. Gara-gara ikut acara GSS FKIP ini, saya bisa foto bareng dengan Julian Idol (wuidihhhh, putih banget dan cakep banget haha..). Gara-gara ikut acara ini, stand Sahabat Ilmu Jambi dapat banyak tanggapan positif, banyak relawan yang mendaftarkan dirinya sebagai kakak asuh, dan beberapa mahasiswa menjadi anggota klub buku SIJ. Terima kasih banyak ya bagi relawan SIJ yang sudah bersedia menjaga stand selama dua hari ini J Selain itu, pengumuman lomba debat mahasiswa dan lomba guru inspiratif membuahkan hasil terbaik. Alhamdulillah, ketika sore tadi diumumkan pemenang lomba guru inspiratif, saya mendapatkan Juara III, disertai piala kecil nan mungkil, sertifikat, dan uang (yang menyusul). Agak keder juga sih naik ke atas panggung, dilihatin mahasiswa muda-muda, sedangkan saya lumayan tua haha.. Well, ketika pengumuman Juara I lomba debat mahasiswa diberikan kepada tim kami, saya terlonjak gembira. Alhamdulillah, doa kami dikabulkan olehNya. Saya, yang baru pertama kali ikut debat, langsung diberikan kebahagiaan oleh Allah Swt menjadi tim yang mendapatkan Juara I bersama kak Ruth dan Maya. Meski tadi hanya ada saya, Maya, dan Dedi, minus kak Ruth, kami menyambutnya sukacita. Saya dan Maya pun berterima kasih kepada Dedi, dia memberikan masukan luar biasa bagi kami yang minim pengalaman debat ini.
Guys, kadang kita nggak tahu rencana Tuhan. Saya yang baru kepikiran untuk ikut debat tahun ini ternyata diberikan kemudahan olehNya. Saya yang hanya ingin menuntaskan impian sebelum tamat menjadi mahasiswa ternyata diberikan karunia yang lebih dari sekedar permintaan saya. Ya, saya dan teman-teman merasakan menjadi peserta lomba debat. Bukan hanya itu saja, kami membawa pulang hasil jerih payah selama empat hari dengan satu piala dan tiga sertifikat. Allah swt memberikan yang lebih untuk saya. Ketika saya meminta satu, ternyata Dia kasih tiga! Jerih payah ini memang bener adanya dalam mantra Man Jadda Wa Jadda dalam novel Negeri 5 Menara, dimana ketika kita berusaha dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan baik. Well, saya telah membuktikannya dan ini nyata di kehidupan saya. Allah Swt sangat baik kepada saya, kepada setiap apapun yang saya harapkan dan cita-citakan. š