Gracia Paramitha, Negosiator Muda Indonesia pada COP 15 di Kopenhagen

Tulisanku ini adalah hasil wawancaraku dengan gracia. mudah2an kisah para anak muda pecinta bumi dan lingkungan ini dapat menginspirasisiapapun untuk melakukan gerakan ‘GO GREEN’

Gracia Paramitha, Negosiator Muda Indonesia pada COP 15 di Kopenhagen

Oleh: Bella moulina

Untuk pertama kalinya anak muda Indonesia berangkat ke Kopenhagen, Denmark karena menjadi bagian Tim Negosiasi Perubahan Iklim dari Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim ke 15 (COP 15). Cewek yang sebelumnya telah aktif di British Council ini (British Council bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup mengirimkan Duta Muda Indonesia dalam konferensi tersebut) mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan United Nations Framework on Climate Change Conference (UNFCCC) pada 7-18 Desember lalu.

“Saya mendapatkan pengalaman yang berharga dari keikutsertaan konferensi tersebut bersama dua orang teman saya, Ghian dan Alliah. Disana kami bertiga berperan sebagai negosiator muda serta fasilitator dari Indonesia. Kami menjadi asisten Ibu Liana, Asisten Menteri Lingkungan Hidup, dan hasil konferensi diserahkan kepada Ibu Liana” ujar mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) ini.

Sebelum bergabung dalam proses negosiasi, Grace, panggilan akrabnya, diberikan pelatihan yang dipandu oleh Harvard University. Kemudian ia mempelajari berbagai hal berkaitan dengan proses negosiasi, dan isu-isu yang akan menjadi bahan negosiasi seperti usaha adaptasi dan mitigasi (REDD, CDM, energi, transportasi, dan transfer teknologi), berbagai skema pendanaan dan pembangunan dalam solusi ketahanan iklim, dan peran serta masyarakat madani dalam menangani perubahan iklim.

Melalui keterlibatannya langsung dengan para para anak muda di seluruh negara dunia, diharapkan Grace dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi kelangsungan lingkungan hidup Indonesia.

Anyway, gimana ya cerita Grace bisa terlibat diantara tiga duta muda tersebut ke Kopenhagen?

“Awalnya aku pernah ikut Project Management and Leadership Training on Climate Change 2008 lalu di Bogor. Dari sana aku direkrut oleh British Council, ditambah lagi proyek ku mengenai Ekotainment, aku diutus menjadi delegasi muda Indonesia,” jelas gadis kelahiran 3 April 1989 ini.

Hmm, Ekotainment asing banget di telinga kita, Grace pun ngejelasinnya. “Ekotainment adalah proyek aku yang mengedepankan unsur lingkungan hidup dan entertaiment. Aku membuat pertunjukan seni yang mengemas unsur lingkungan juga. Aku pikir anak muda pasti deket banget ama yang namanya hiburan, jadi dari sini aku bisa mengajak mereka untuk peduli dengan lingkungan yang memakai unsur entertaiment,” jelasnya lagi.

Alumnus SMA Kristen Petra 2 Surabaya ini udah enggak asing lagi melihat perdebatan yang cukup alot antar beberapa negara yang masing-masing ingin mempertahankan emisi gas rumah kacanya. Bahkan menurutnya, Amerika Serikat belum tegas dalam mengurangi emisi gas buang tersebut dari industri mereka. Hal ini tentu mengancam keprihatinan negara-negara kecil dari kepulauan kecil yang terancam tenggelam.

“Negara kecil yang berasal dari kepulauan seperti Utalo, Siji, dan lain-lainnya menuntut negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Karena kalau tidak, negara mereka akan terancam tenggelam karena permukaan air laut yang semakin naik. Inilah yang memprihatinkan kita semua,” ujar Grace yang mendapatkan dispensasi dari kuliahnya atas partisipasinya mengikuti UNFCC.

Grace yang sudah dahulu melihat negara-negara yang mengikuti konferensi ini, cukup mengamati beberapa negosiator dari beberapa negara di dunia. Menurutnya, negosiator asal Amerika Serikat selalu berasal dari background hukum yang kuat. Mereka pintar mengeluarkan argumen dalam rencana pengurangan emisi gas rumah kaca. Apalagi sehubungan berakhirnya Protokol Kyoto 2010 besok, mereka belum menyatakan ketegasannya dalam mengurangi emisi tersebut.

Meski begitu, putri pertama pasangan S. Pantja Djati dan Wahyu Astjarjo Rini ini tidak membawa hal yang sia-sia bagi Indonesia. Dia sudah punya rancangan sendiri atas follow-up dari kegiatan yang ia ikuti. Apa ya simulasi dari pertemuannya tersebut?

“Aku ingin ada follow-up (kelanjutan) dari pertemuan tersebut. Aku sedang membuat proposal mengenai konferensi anak muda Indonesia yang berasal dari seluruh provinsi untuk terlibat dalam konferensi lingkungan hidup. Dimana dalam konferensi tersebut kita akan belajar visi negara lain dalam menjaga lingkungan, dan langsung bisa dipraktekkan oleh teman-teman nantinya. Jika pihak British Council menyetujuinya, mudah-mudahan bisa dilaksanakan di Bogor, doakan saja ya,” harapnya.

Ingin Mendirikan LSM Lingkungan Anak Muda

Kecintaan Grace terhadap lingkungan bukan baru saja ia jalani, melainkan sudah sejak ia kecil. Ckckck, gimana ceritanya tuh ya?

Grace mengaku mamanya yang seorang dosen lingkungan di sebuah Universitas swasta di Surabaya-lah yang mengajarkannya untuk cinta lingkungan sejak dini. Ia diajarkan untuk buang sampah pada tempatnya. “Iya, mamaku yang ngajarin untuk enggak buang sampah sembarangan, jadinya ya keterusan sampe sekarang,” tutur gadis semester 5 di jurusannya ini.

Sejak saat itu, Grace mulai terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan hidup. Apalagi ia terpilih sebagai Putri Lingkungan Hidup Surabaya pada 2002 lalu, ia enggak hanya jadi peserta tetapi ikut nimbrung sebagai fasilitator.

“Tahun 2002 adalah langkah awalku menjadi Putri Lingkungan Hidup (PLH). Saat itu yang menyelenggarakan pemilihan tersebut adalah LSM Tunas Hijau di Surabaya. Dulu yang biasanya aku berperan hanya sebagai peserta, tetapi sejak menjadi PLH, aku bertindak sebagai pembicara juga. Contohnya aku pernah memberikan materi mengenai proses daur ulang,” ceritanya falshback.

Kesdaran lingkungan yang sulit dilakukan bagi sebagian orang ini ternyata menajdi kendala Grace apabila sedang ‘berkampanye’ mengenai isu pemanasan global dan perubahan iklim. Maka untuk menarik perhatian anak muda akan cinta lingkungan, ia punya trik khusus lho.

“Aku menggaet anak muda untuk cinta lingkungan dengan cara yang unik yaitu menggabungkan unsur kreativitas dan seni dalam memahami pentingnya menjaga lingkungan. Yah, aku menyebutnya Ekotainment,” ungkapnya lebih lanjut. “Dari sinilah aku menrangkul temen-temen dari apa yang mereka senangi, mudah-mudahan teman-teman dapat tergerak untuk menjaga lingkungan,” tambahnya lagi.

Masih ada rencana Grace untuk kota kelahirannya tersebut, ia ingin agar supermarket disana tidak memakai palstik sebagai kantong belanja.

“Aku menawarkan sebuah konsep kepada Pemkot Surabaya untuk mengurangi pemakaian plastik di setiap supermarket yang ada di Surabaya. Bayangin deh kalo tiap orang membawa tas belanja sendiri tanpa menggunakan plastik, pasti akan baik juga kan bagi bumi? Di Surabaya sendiri sudah ada supermarket yang menerapkan hal ini, yaitu Carrefour. Kalau di Denmark, tiap masyarakat sudah membawa tas belanja sendiri karena apabila menggunakan plastik di supermarket maka akan dikenai biaya. Semoga saja bisa cepat terealisasikan deh,” harap Grace.

Sebelum obrolan santai lewat telepon yang DeJe lakukan dengan Grace berakhir, DeJe sempat bertanya kepada cewek berambut panjang ini, apa yang dapat dilakukan anak muda khususnya Jambi dalam menjaga lingkungan.

Ia pun menyahut, “Belajarlah untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dimanapun kita berada, dan ubahlah gaya hidup teman-teman menjadi ramah lingkungan. Karena hal ini demi kebaikan kamu sendiri lho,” tutupnya.

Leave a comment