Perjalanan Hidup Gadis Pembela Di Usia 22 Tahun

Andai aku t’lah dewasa
Apa yang ‘kan kukatakan
Untukmu idolaku tersayang
Ayah… Oh…

Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu

Oh… Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s’lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku

Andai aku t’lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s’lalu kucinta

Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu

Oh… Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s’lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku

Andai aku t’lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s’lalu kucinta

 

Lirik lagu Sherina di atas menuntun saya menulis cerita mengenai 22 tahun saya hidup di dunia ini. Sebuah perjalanan anak manusia yang lahir dari keluarga sederhana dan pantang menyerah. Andai Aku Besar Nanti selalu bikin saya menangis karena ingat salah satu lirik terakhirnya: “I love you Ayah, I love you Bunda.” :’) Lirik lagu ini selalu sukses bikin saya meneteskan air mata, dan malam ini terbukti. *tariknafas* Oh well, tulisan saya kali ini pengin nyeritain tentang alur hidup saya di masa lalu, sekarang, dan akan datang. Ini sedikit refleksi saya terhadap hidup yang diberikan oleh Allah Swt, atas nikmat dan karuniaNya yang berlimpah untuk seorang Bella Moulina, sekaligus persembahan untuk kedua orang tua saya (mama dan papa yang hebat!), kedua adik (yang ngegemesin tapi baik), serta keluarga besar dan orang-orang yang menyayangi saya. Semoga cerita ini bermakna untuk kalian ^_^

 

Past

Bella Moulina, that’s my name. Nama itu pemberian kedua orang tua saya yang memiliki makna sangat berarti di hidup saya. Bella bermaksud membela, sedangkan Mouli adalah gadis (dalam bahasa Komering, Palembang), lalu na adalah sisipan. Jadi intinya ayah saya yang tepatnya memberikan nama itu mengingkan saya untuk bisa membelanya, ya sebagai gadis pembela ayahnya, yang waktu itu ada sedikit trouble dengan sesuatu hal. Well, makna gadis pembela itu berasa banget sekarang. Rasanya pengen banget membela orang-orang kurang beruntung, tidak ingin melihat orang susah di dunia. Sampai saat ini, saya mengamini bahwa nama itu merupakan pemberian yang hebat oleh orangtua saya. I should thank to them! Ow ya, saya anak pertama dari tiga bersaudara dan satu-satunya cewek di keluarga ini J Jadi, sering banget kena bully adik-adik cowok (Iwan dan Sadi) kalo beradu mulut, haha..

Bella kecil sempat mengalami insiden kecelakaan. Bayangin anak usia 2-3 tahun waktu itu jatuh dari tangga di rumah neneknya di Palembang. Jatuh dari tangga yang nggak kecil dan menimpa semen lantai di bawahnya itu sempat bikin geger sekeluarga. Di waktu lain, ia jatuh lagi dari meja ketika ikut membantu neneknya bikin godo-godo dari pisang di umur yang hampir sama juga. Daaannnnn..waktu SD kelas 1 atau 2 gitu, pernah masuk RS Charitas Palembang karena Typhus! Saya yang waktu itu masih mendiami desa Nipah Panjang terpaksa bertolak ke Palembang untuk dirawat selama satu bulan! Sepertinya masa kecil saya suram ya? Hehe..

Ah tapi nggak juga kok. Saya memiliki masa kecil yang nggak bisa dilupakan hingga saat ini. Saya punya banyak teman dari tiga sekolah SD dan satu madrasah Islam. Kenapa begitu? Karena semasa SD saya kerap pindah sekolah sebanyak 3 kali. Pertama bersekolah di SD N 177 Nipah Panjang, lalu pindah ke SD di Palembang (lupa namanya), dan kemudian sejak kelas IV SD bersekolah di SD N 10/X Nipah Panjang. Lalu setiap siang harinya saya disekolahkan di Madrasah Ibtidayah Swasta di Nipah Panjang pula untuk belajar ilmu agama. Ditambah pula mengaji di rumah dengan adik, dan mengikuti les serta ekstrakurikuler di sekolah maupun di rumah guru. Bisa dibilang masa kecil saya banyak dihabiskan di Nipah Panjang. Ya karena di desa itulah banyak pengalaman berharga yang patut saya syukuri.

Di desa itulah untuk pertama kalinya seorang anak cewek hobi mengirim surat ke artis/penyanyi cilik, membuka tempat penyewaan buku seharga Rp. 100, dan menjual kertas file warna-warni kepada teman-temannya. Ikhwal menulis, membaca, dan berbisnis kecil-kecilan ternyata dimulai di suatu desa yang kata orang waktu itu ‘sedikit terpencil.’ Dimana saya sulit mencari buku atau majalah baru (selalu dapat yang bekas), jalan menuju kota Jambi yang sanggaaatttttt lama, sulit untuk ikut lomba apa saja, dan merasa bahwa impiannya untuk memiliki rumah besar dengan kolam renang yang luas kandas seketika! Haha, yang ada malah air sungai Batanghari di bawah rumah, karena memang rumah disana dekat sungai semua 😀 Namun ada sesuatu yang membuat saya selalu kangen dengan masa kecil disana. Ternyata ia banyak memiliki andil besar bagi saya hingga berangsur menjadi pemuda. Ada pelajaran hidup yang nggak mungkin saya bisa lupakan disana. Saya mengenal teman-teman yang ramah, berjalan kaki menuju SD dan SMP (saya dulu hampir tamat di SMP N 1 Nipah Panjang, tapi pindah ke SMP N 11 Jambi buat numpang tamat doang hehe), hidup yang serba sederhana di desa, dan nggak mikir akan modernitas yang mendera orang-orang kota. Lantas saya jadi berpikir, enak ya kayaknya tinggal di desa? Nggak sehiruk pikuk di kota gini..

Masa remaja saya pun beranjak ketika SMP dan SMA. Dsinilah saya menyadari bahwa potensi semasa kecil yang seharusnya bisa ditempa, namun tidak berjalan begitu baik kala remaja. Saya didera rasa minder yang luar biasa, susah beradaptasi, serta merasa tidak pintar dan cantik. Memasuki masa SMP dan SMA hingga tamat, keminderan itu rasanya membuncah. Saya yang dulunya aktif mengikuti kegiatan waktu di Nipah Panjang saat masih SMP, lantas menjadi itik buruk rupa saat menamatkan SMP dan belajar di SMA di kota (SMA N 4 Kota Jambi). Saya merasa saya tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan, pun saya melihat ketidaksesuaian pikiran saya untuk mengikuti beberapa organisasi di kampus. Prestasi yang biasa-biasa saja, tampang yang amat standar, dan bukan tergolong mereka yang selalu up to date dengan gaya, membuat saya benar-benar linglung kala itu. Jujur saya tidak mampu mengembangkan potensi saya karena rasa minder itu. Hingga pada akhirnya, bahasa Inggris lah yang menyelamatkan saya. Perlahan-lahan saya mulai berani tampil berbicara bahasa Inggris di depan kelas ketika Mom Rofi, guru bahasa Inggris di SMA N 4 meminta siswa untuk maju ke depan. Lama kelamaan kebiasaan itu berbuah baik, saya mulai berani berbicara di depan orang banyak. Entah kenapa pada kelas 3 SMA itu-lah saya berubah. Berubah bahwa kalo selamanya minder dan nggak mau mencoba, artinya sama sekali nggak ada tujuan hidup!

Saya pun bersyukur semasa kecil mama dan papa selalu memberikan pelajaran hidup yang mengena banget di hati anak-anaknya. Mama mengajarkan untuk tidak menghambur-hamburkan uang (lebih baik ditabung), hidup sederhana (daripada pakai aksesoris berlebihan), menghargai orang lain, dan menekankan pendidikan agama serta karakter kepada saya. Pun papa juga begitu kok, kalo papa lebih membuat saya untuk bekerja keras sesulit apapun hidup ini, jangan mudah menyerah, tegas, dan tepat waktu dalam segala hal. Karakter tersebut setidaknya masih sangat melekat di otak saya, diantara beberapa serpihan kenangan yang saya lewati di Nipah Panjang, Palembang, dan kota Jambi, karakter itulah yang membentuk Bella Moulina menjadi gadis mama papa seutuhnya. Kadang saya merasa kesal ketika watak papa yang keras menurun kepada saya, atau bahkan ketika mama agak sulit mengeluarkan uang untuk anaknya, tapi saya sadar mereka berdua mengajarkan hal-hal baik untuk masa depan saya. So that, terima kasih mama dan papa, I love you all :’)

Now

Saat ini saya masih nggak percaya, masa-masa transisi remaja yang galau akan kecerdasan dan kemampuan berinteraksinya dengan orang lain berubah 360 derajat. Kini saya mantap dengan kecerdasan yang saya miliki, passion dan tujuan hidup yang saya jalani, serta komunikasi yang sangat baik dengan berbagai pihak. Tidak pernah terbayangkan saya bisa menjadi diri saya sendiri saat ini. No matter what people say about me, I just do the best based on what I love. Senang rasanya saya sudah mulai percaya diri, lebih terbuka kepada orang lain, tidak malu berkomunikasi dengan orang lain, mau mengembangkan diri, selalu belajar hal-hal baru dari setiap orang yang ditemui, serta pantang menyerah meski selalu gagal.

Kini saya berumur 22 tahun, merupakan seorang gadis dari keluarga mama dan papa. Usia yang kata mereka: “Sudah dewasa lho, Bella.” Ya usia ini menuntut saya untuk berpikir mau jadi apa saya kedepannya. Apa saja hal-hal yang harus dituntaskan dalam umur itu, dan bagaimana saya bisa menjadi cewek seutuhnya. Mama selalu berpesan agar saya tidak melupakan kodrat sebagai wanita (allright mom), beliau benar-benar membuka mata saya kalau cewek itu akan banyak bertanggung jawab pada keluarganya kelak. Mama pun bilang begini: “Kalo sukses di luar rumah, harus sukses pula di dalam rumah.” That sentence has deep meaning for me in the future, if I have husband and children someday ^_^

Well, saya bersyukur di usia 22 tahun ini saya tidak ragu akan keputusan-keputusan yang saya ambil, baik itu yang meyakitkan maupun menyenangkan. Saya juga mengetahui passion saya yang menjadi tujuan hidup kedepannya. Yup, passion saya di bidang pendidikan, lingkungan, wisata dan budaya, menulis, sosial, dan kepemudaan. Bagi saya selagi saya masih menjalani kelima passion itu, tidak ada alasan bagi saya untuk diam di tempat. Akan ada yang saya kerjakan dengan setulus hati jika itu selaras dengan passion saya. Terkait mengenai passion di bidang pendidikan, saya menyukai buku, anak-anak, mengajar, dan memberi ilmu. Untuk lingkungan, saya selalu mengajak teman-teman dan orang di sekitar untuk peduli dengan bumi dan lingkungannya demi kelestarian alam. Kalau wisata dan budaya, saya selalu semangat untuk jalan-jalan mengenal Indonesia, karena dengan mengenal Indonesia secara utuhlah saya bisa mencintai negeri ini. Menulis pun passion saya, dimana saya bisa mencatat perjalanan hidup saya di diary dan blog, entah itu untuk disimpan sendiri atau dishare via internet, itu membuat saya lega. Pada bidang sosial, saya aktif di beberapa komunitas sosial saat ini seperti Sahabat Ilmu Jambi dan Jambi Punyo Crito, dua komunitas yang berjalan di dunia pendidikan dan sejarah/budaya. Dan untuk bidang kepemudaan, saya suka mengikuti kegiatan kepemudaan yang berguna untuk saya, lalu ilmu yang saya dapat tersebut saya bagikan ke teman-teman agar mereka menyadari pentingnya peran diri mereka bagi kemajuan bangsa, seperti Pers Mahasiswa Trotoar, Independent Community of English, Aku Cinta Indonesia Detikcom, Forum Indonesia Muda, Care Environmental Organization, Parlemen Muda, dan Indonesian Young Changemaker Summit. Saya pun menyadari bahwa pekerjaan sebagai guru bahasa Inggris dan wartawan/blogger merupakan pekerjaan yang saya minati, saya menjiwainya, dan saya mencintainya. Entah karena pengaruh saya lahir di Hari Pendidikan Nasional, atau karena cita-cita mama yang pengin jadi guru nggak tercapai, atau terinspirasi guru di sekolah, saya bercita-cita ingin menjadi guru, tidak mau yang lain. Inilah tujuan hidup saya, dan saya bahagia karenanya.

Masa menjadi Bella Moulina yang dewasa adalah hal istimewa. Dimana saya menemui banyak sahabat, teman, dan orang-orang terdekat. Mereka ada yang tetap berada di samping saya, namun ada pula yang pergi. Tidak menjadi masalah bagi saya. Toh setiap orang sudah ditakdirkan untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa paksaan orang lain. Saya bersyukur mengenal banyak orang yang memberikan ilmu secara gratis, menemukan role model di hidup ini, selalu menyemangati apa yang saya kerjakan, dan mampu menerima kekurangan serta kelebihan Bella Moulina. Dari merekalah saya ada, tanpa apresiasi mereka, Bella nggak bakal dikenang hehe. Atau bahkan kalau saja masih tetap merasa minder dan nggak pede-an, saya nggak bakal keluar dari zona nyaman. Orang-orang disekeliling saya-lah yang membuat hidup saya bermakna. Mereka berada di kehidupan kampus, organisasi, tempat kerja, maupun mereka yang luput dari perhatian saya. Terima kasih sudah ada di bagian hidup saya, tetaplah selalu ada untuk saya :’)

Anyway, sekarang saya tengah berjuang menuntaskan skripsi saya lho, haha.. Dengan semester 10, saya masih berjuang untuk menyelesaikannya dan wisuda September besok (insyaAllah). Hampir 5 tahun kuliah tidak membuat saya malu, toh saya tetap kuliah dan menyelesaikan skripsi di sela-sela aktivitas saya, namun memang terkadang rasa malas menerka. Tapi..selagi rasa malas itu bisa dibangkitkan lagi, pasti saya akan semangat mengerjakan skripsi kok. Nah sekarang saya lagi mikir, seandainya besok wisuda, gimana ya perasaannya? Ahh yang pasti membahagiakan sekali ya? *berimajinasi* Oh ya, selain masih berstatus mahasiswa semester 10 yang masih muda karena masih berumur 22 tahun (sedangkan teman-teman lain sudah 23 tahun), saya juga menjalankan dua komunitas yang bergerak di bidang sosial, yakni Sahabat Ilmu Jambi dan Jambi Punyo Crito. I don’t know why, kedua komunitas ini berharga banget di kehidupan saya, ia seolah-olah menampar muka saya ketika dulu saya masih nyaman dengan hidup, lantas kemudian ada sebuah pertanyaan: Apa yang sudah kamu berikan sebagai pemuda untuk membangun negerimu dan mengatasi masalah di bangsamu? Untuk itulah saya selalu semangat berada di tengah teman-teman yang juga selalu semangat mengembangkan kedua komunitas ini. Saya juga sering mengikuti kegiataan kepemudaan yang menambah wawasan, tidak terbatas pada bangku kuliah dan tidak hanya di Jambi saja. Wajib hukumnya bagi saya untuk menambah ilmu dari siapa saja, apa saja, dan dimana saja. Itu juga didukung dengan pekerjaan saya sebagai guru bahasa Inggris dan blogger, serta dulu pernah menjadi wartawan dalam rentang waktu yang cukup lama. Senang sekali saya mantap dengan pilihan hidup saya untuk berkembang. Meski capek, saya nggak berniat untuk melepaskannya, ada saya disana, dan saya tidak mungkin hilang dari lingkaran itu. ^_^

Future

Masa depan kata orang adalah sesuatu hal yang misteri, yang tidak bisa ditebak apa yang akan terjadi. Tapi saya percaya, jika dari sekarang kita sudah menyiapkan sesuatu untuk masa depan itu, tidak ada keraguan untuk menjalani hidup di masa depan. Orang yang memiliki tujuan hidup akan merasa aman saat melangkah dalam kurun waktu lebih dari lima tahun kedepan. Begitu pula dengan saya. Alhamdulillah Allah Swt memberikan saya akal, pikiran, dan nalar untuk berbuat baik yang saya sukai. Saya pun tidak ragu-ragu untuk memilih apa cita-cita kedepan, mau bekerja seperti apa kelak, memiliki suami dan membekali anak di masa yang akan datang, melakukan sesuatu dengan passion, serta memberikan sesuatu untuk negara meski hal itu kecil. Kalau Allah Swt tidak menghalangi saya di masa depan, insyaAllah itu akan tercapai. Jika kita menyiapkannya dari sekarang, insyaAllah itu akan dikabulkan atas izinNya. Kita yang merencanakan, sedangkan Allah Swt menentukannya.

Pencapaian yang akan diraih di masa depan? Cita-cita? Banyak sih sebenernya haha.. Saya ingin bisa mendapat beasiswa atau mengikuti konferensi di luar negeri. Tidak peduli mau berapa kali gagal dan jatuhnya, saya akan selalu mencoba hingga impian itu benar-benar direstui dan dikabulkanNya. Saya yakin Allah Swt sekarang memberikan saya proses yang manis untuk mendapatkan impian yang tertunda itu. Saya percaya bahwa suatu saat Ia akan mendengar doa hambaNya ini. Someday, I will get that dream, pray for me guys ^_^

Selain itu saya mau lulus kuliah S1 dan kalau bisa melanjutkan kuliah S2 di Jawa atau luar negeri dengan beasiswa di jurusan pendidikan. Lalu saya pengin jalan-jalan keliling Indonesia, mengenal wisata dan budaya serta alamnya yang indah dengan backpaker. Saya juga pengin menambah pengalaman dengan mengikuti berbagai kegiatan kepemudaan. Saya ingin mengikuti seleksi Indonesia Mengajar, yang menempatkan lulusan dari setiap universitas untuk mengajar di daerah terpencil di Indonesia. Pun saya juga ingin mengajar di daerah terpencil di Jambi pula. Miris rasanya kalau semua guru bahagia ditempatkan di kota saja, lalu bagaimana nasib mereka yang terpinggirkan oleh zaman modernitas itu? Lantas saya ingin mendirikan sekolah berbasis multiple intelligences, sekolah alam, dan sekolah budaya. Pengin masukin anak-anak tidak mampu yang cerdas dan anak-anak yang susah dididik di sekolah itu. Saya juga pengin lho berbisnis yang mencakup dunia pendidikan bareng dua partner sejiwa, kak Meila dan Melly, yakni cafe buku. Saya juga bercita-cita membahagiakan orang tua dengan menaikkan mereka haji, membuat adik-adik sekolah sesuai keinginan mereka, membuat keluarga bangga terhadap Bella Moulina. Terakhir saya ingin menjadi wanita yang kelak membahagiakan suami dan anak-anaknya, yang menuntun mereka untuk bahagia di dunia dan akhirat, yang selalu ada di saat mereka senang dan sedih, oh hopefully :’) Tak terkecuali untuk negara dimana saya dibesarkan, saya ingin semua masyarakatnya makmur dan sejahtera, nggak ada lagi penjahat dan koruptor! Well kira-kira begitulah seorang Bella Moulina kedepannya,mungkin bisa dibayangkan betapa riweuhnya hidup saya nanti ya? Haha..but I enjoy it.

 

Last but not least, hari ini adalah hari yang membahagiakan buat saya. Banyak orang memberikan selamat ulang tahun kepada saya, doa-doa yang diutarakan, serta harapan mereka kepada saya. Semuanya membuat saya tersenyum hari ini, dan saya menyadari bahwa begitu bahagianya hidup ini ketika hidup kita berarti bagi orang lain. Terima kasih juga kadonya ya Dek Sadi, adik saya yang paling bungsu, yang ngasih cokelat Silverqueen, hehe..tumben nih. But, ada juga yang menyedihkan buat saya di hari ulang tahun yang bertepatan dengan hari pendidikan nasional ini. Orang-orang terdekat seperti mama, papa, kakak, dan sahabat nggak ada disampingku. Mereka hanya mengirimkan pesan via sms atau social media, dan menelepon saya. Padahal saya sangat ingin sekali mereka ada disamping saya di hari berharga ini, namun apa mau dikata, mama, papa, dan kakak sedang banyak tugas yang nggak bisa ditinggalkan, dan sahabat pun sama. Tapi ya sudahlah, sejauh saya bisa mengerti kondisi mereka, it’s oke for me. Untungnya saya sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, jadi meskipun sedih ya dibahagiain aja hehe 😀

Ya Allah, Tuhan pemilik alam semesta yang megah ini. Itulah yang bisa Bella tuliskan untuk mereka yang menyayangi Bella. Terima kasih atas kesempatan hidup hingga umur 22 tahun ini untuk berkarya bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, dan keluarga. Berikanlah saya kesehatan, panjang umur, ketentraman hati, dan semangat pantang menyerah untuk melanjutkan perjuangan hidup. Buatlah Bella Moulina selalu tersenyum di hidup yang kadang manis dan pahit untuk dijalani ini. :’)

4 thoughts on “Perjalanan Hidup Gadis Pembela Di Usia 22 Tahun

Leave a reply to Hamdi Cancel reply